Komentar Pangdam Terkait Pengungsian di Nduga
Jayapura, PAPUANEWS.ID – Panglima Kodam (Pangdam) XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring dicecar pertanyaan wartawan terkait pengungsian Nduga, termasuk sejumlah anak sekolah ikut mengungsi dari Nduga ke Wamena pasca penembakan dan pembantaian pekerja Jalan Trans Papua yang diduga kuat dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogeya di Nduga, awal Desember 2018 lalu.
Menurut Pangdam saat dikonfirmasi oleh awak media menjelaskan bahwa masalah pengungsian warga sipil di Papua sudah menjadi habitat (kebiasaan) dan bukan hal luar biasa lagi.
“Darimana kalian tahu ada yang mengungsi dan jumlahnya berapa banyak. Kalau masalah mengungsi-mengungsi seperti ini, memang warga sipil ini sudah menjadi habitatnya,” kata Yosua kepada sejumlah wartawan saat dimintai komentarnya di Kota Jayapura, Sabtu (16/2).
Ia mengaku dirinya belum menerima laporan dari pemerintah daerah terkait pengungsian itu. “Sampai sekarang pemerintah daerah belum melaporkan kepada kami, termasuk apa yang menjadi alasan mereka mengungsi. Jadi kami harus tahu, sehingga ada obatnya. Tapi kalau masyarakat berpindah tempat, itu biasalah,” jelasnya.
Beliau juga menegaskan selama berpuluh-puluh tahun seperti di Distrik Mbua, Mapenduma itu, tak ada aparat (TNI) di tempat itu. “Sebab kami punya aparat serba terbatas. Jadi dengan adaya isu-isu seperti ini, diharapkan masyarakat lebih cerdas lagi dalam menanggapi hal itu. Harus bisa koordinasi dan menanyakan kepada aparat terdekat tentang kebenarannya,” jelasnya.
Untuk itu Yosua mengimbau dan berharap masyarakat lebih cerdas lagi dengan banyaknya berita hoaks yang terjadi saat ini. “Jika sesuatu hal yang belum dipahami, coba tanyakan langsung kepada aparat yang ada di sekitarnya. Jangan bertindak sendiri, kami ini negara hukum. Jangan percaya dengan provokasi yang ada, karena itu adalah kepentingan sesaat,” terangnya.
Terima kasih karena telah membaca informasi tentang Komentar Pangdam Terkait Pengungsian di Nduga . Silahkan membaca berita lainnya.