Jalan Salib Hidup Jumat Agung, Umat Katolik Santo Emanuel Mapurujaya Teteskan Air Mata
TIMIKA,TimeX
Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santo Emanuel Mapurujaya, Distrik Mimika Timur menampilkan prosesi jalan salib hidup Jumat Agung pada 19 April 2019.
Foto: Tanto/TimeX
JALAN SALIB – OMK Paroki Santo Emanuel Mapurujaya perankan penyaliban Yesus pada ibadah Jumat Agung di Paroki Santo Emanuel Mapurujaya, 19 April 2019.
Prosesi jalan salib diawali ibadah sabda pukul 12.00 WIT dipimpin oleh RP Fredi OFM dan RP Didi Mus OFM dari halaman Kantor Distrik Mimika Timur berakhir di depan halaman Gereja Santo Emanuel Mapurujaya. Sepanjang pejalanan Yesus melewati 14 perhentian menuju Gunung Kalvari.
Upacara mengenang kembali kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus 2000-an tahun itu berlangsung penuh khikmat. Ratusan umat Katolik Mapurujaya mulai dari anak-anak hingga orang dewasa hanyut dalam suasana duka, sedih hingga meneteskan air mata melihat baju Yesus diundi, disiksa memanggul kayu salib, diludahi, dicaci maki dan dianiaya.
Skenario jalan salib ini dimulai dengan Yudas Iskariot satu dari 12 murid menjual Yesus dengan tiga puluh keping uang perak. Yudas nekat menjual Yesus kepada para pemuka agama dan imam-iman kepala.
Yudas bersama para serdadu membawa tombak dan pedang berangkat menemui Yesus yang tengah berdoa kepada Bapa-Nya di Taman Getsemani.
Dengan satu kecupan pengkianatan Yudas menyerahkan Yesus kepada tangan para serdadu untuk dijual. Yesus lalu ditangkap, digiring hingga dipaku di kayu salib di Golgota.
OMK memperagakan semua adegan tentang kisah sengsara Tuhan Yesus berjalan sangat sporadis seperti apa yang tertulis dalam Kitab Suci. Mulai Yesus ditangkap, Yesus dihadapkan ke Pontius Piltaus hingga Yesus wafat di kayu salib. Semua berjalan penuh apik. Seusai prosesi jalan salib dilanjutkan mencium salib.
Umat Katolik Diminta Merasakan Pergumulan Salib Yesus
Sementara perayaan Jumat Agung di Gereja Katedral Tiga Raja dimulai pukul 15.00 WIT dipimpin oleh RP Igo Welerubun MSC didampingi RD Oktovianus Taena pastor rekan Paroki Katedral Tiga Raja.
Sebelum dimulai upacara penciuman salib, RP Igo Welerubun MSC didampingi RD Oktovianus Taena tiarap di depan altar.
RP Igo menjelaskan imam tiarap di depan altar mau menggambarkan wujud kehadiran Yesus dalam rupa imam yang kelihatan. Sekaligus untuk mengenang kembali wajah-Nya yang sudah tidak beraturan setelah disiksa oleh para serdadu Yahudi.
Dalam pesan Jumat Agung RP Igo mengajukan pertanyaan refleksi bagi umat yang hadir.
“Saya bertanya apakah orang-orang yang hadir di sini merasakan getaran pergumulan salib Yesus? Karena masa depan manusia dan dunia ini ada pada salib Yesus,” katanya.
Salib kata RP Igo merupakan lambang cinta penuh pengampunan dan pengorbanan yang ditunjukan Yesus. Salib adalah tanda kemenangan.
RP Igo menggaris bawahi kata-kata terakhir Yesus di salib, ‘sudah selesai’ (Yoh 19:30. Menurutnya uangkapan ‘sudah selesai’ dalam Bahasa Yunani disebut ‘tetelestai’ berarti itu bukan berakhir tetapi akan berlangsung terus.
“Jadi akan bersama dengan kita selalu, sehingga ini menjadi kesadaran yang perlu kita imani. Kita lihat Yesus di salib artinya belajar nilai kesabaran, nilai komitmen, nilai pertanggungjawaban sampai tuntas,” pesannya.
Kemudian arti ‘darah dan air’ yang keluar dari lambung Yesus, (Yoh 19:34). Menurutnya itu melambangkan darah penebusan. “Jadi mari kita belajar kesetiaan yang Yesus sudah berikan. Dan mari kita belajar hal-hal baik seperti Yesus menunjukan cintanya yang luar biasa buat umatnya,” katanya.
Yesus Mengalami Hal yang Manusiawi
Sementara umat katolik di wilayah Stasi Hati Kudus Yesus SP-7 dan Umat Stasi Yohanis Pembaptis SP – 13 Paroki Santo Petrus SP 3 melaksanakan ibadah Jumat Agung berlangsung penuh khusuk.
Ibadah Jumat Agung dipimpin RP Paulus Dodot Kuswoyo, SCJ Pastor Paroki Santo Petrus SP-3.
RP Dodot dalam khotbahnya menyempaikan bahwa Yesus mengalami hal yang manusiawi.
“Ia mengalami apa yang juga kita sering alami. Ia menderita, diludahi, dikhianati, ditinggalkan bahkan dihina. Kita sebagai manusia biasa juga kadang-kadang merasa dikucilkan dan dikhianati,” jelasnya.
“Kita manusia mengalami kesulitan dan tantangan. Saat itu harus kita ingat bahwa Yesus sang juruselamat jauh mengalami kisah sengsara seperti yang sudah kita dengar dalam kisah sengsara Yesus tadi,” tambahnya.
Ia juga berpesan agar jika sebagai manusia mengalami masalah jangan pernah merasa susah dan sendiri.
“Kita ingat kemudian satukan dengan masalah yang dialami Yesus dimana ia menderita. Saat kita merenungkan hal tersebut maka semua masalah itu akan menjadi ringan,” pesannya. (a33/tan)
Terima kasih karena telah membaca informasi tentang Jalan Salib Hidup Jumat Agung, Umat Katolik Santo Emanuel Mapurujaya Teteskan Air Mata . Silahkan membaca berita lainnya.