Freeport Peduli Lingkungan Flora dan Fauna

Foto: Santi/TimeX
LEPASLIARKAN – Bambang Lakuy, Perwakilan Karantina Pertanian saat melepasliarkan kupu-kupu pada peringatan HCPSN di Rimba Golf Kuala Kencana, Rabu (28/11).
Dari Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
TIMIKA,TimeX
PT Freeport Indonesia (PTFI) melalui Departemen Enviromental (Lingkungan) terus berkomitmen melestarikan flora dan fauna terhadap alam lingkungan kehidupan.
Melalui peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) di Rimba Papua Golf, Rabu (28/11), Freeport menggelar serangkaian kegiatan dengan mengusung tema “Membudidayakan Kembali Anggrek dan Lestarikan Kebudayaan Kita” (Grow The Orchid And Preserve Our Culture).
HCPSN yang biasanya diperingati setiap 5 November, ini bertujuan mengajak seluruh masyarakat meningkatkan kecintaan terhadap lingkungan (flora dan fauna), terutama di lingkungan kerja PTFI khususnya dan lingkungan masyarakat Mimika umumnya.
Kegitan ini diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi budaya selaras dengan tema, maka digelar lomba fashion show batik Papua dengan ketentuan motif batik berciri khas flora – fauna Papua.
Termasuk adanya pameran batik Papua ‘Mama Yoo’ yang telah mendunia.
Selain itu, digelar pula seminar budidaya anggrek oleh Dra Verena Agustini, Dosen Biologi Universitas Cenderawasih (Uncen), bersama praktisi tanaman anggrek, Yohana Arwam .
Khusus untuk anak-anak PAUD dan TK YPJ Kuala Kencana diselenggarakan lomba mewarnai dengan tema ‘Pesona Papua’.
Yang tidak kala menarik, pada peringatan HCPSN juga dilangsungkan pelepasliaran 50 kupu-kupu asli Papua.
“Ada sejumlah jenis kupu-kupu yang kami lepasliarkan dari hasil penangkaran di pusat reklamasi Mile 21. Dari 50 ekor kupu-kupu, untuk jenis raja 40 ekor, jenis Ornithoptera Priamus ada 7 ekor, jenis Papilio Aegeus 2 ekor dan kupu-kupu jenis Papilio Demoleus 1 ekor.
Pelepasliaran semua jenis kupu-kupu dilakukan oleh Robert Sarwon, General Superintendent Lowland Reclamation dan Biodiversity, dan Bambang Lakuy, Perwakilan Karantina Pertanian, dengan disaksikan tamu undangan yang hadir pada saat itu.
Jenis kupu-kupu hasil tetasan lima hari terakhir ini merupakan endemic dan dilindung, namun kurang mendapatkan perhatian.
Kukuh Indra Kusuma, Ketua Panitia HCPSN mengatakan, serangkaian kegiatan yang digelar tahun ini untuk mengangkat kembali identitas tanaman hias anggrek di Papua.
“Anggrek ini sangat banyak dan potensial, tetapi masyarakat di sini hanya melihatnya sebatas tanaman hias, bahkan minat masyarakat terhadap anggrek minim bahkan menurun. Ini terbukti banyak anggrek di penjual tanaman hias, cuma anggreknya dari luar atau dengan sistem dikawinkan sehingga tetap berbunga ,” katanya.
Ia menyebutkan hal ini juga karena terjadinya perubahan anomali cuaca yang berdampak pada produktivitas anggrek di Timika.
“Biasanya musim bunga yang sebelumnya normal tidak pernah lagi berbunga, sehingga ini yang buat animo masyarakat budidayakan anggrek berkurang,” jelas Kukuh.
Menyikapi perubahan cuaca yang bedampak minimnya minat masyarakat membudidayakan anggrek, maka pihaknya terus konsen karena Papua termasuk daerah penghasil anggrek terbesar di Indonesia.
“Kami ingin angkat lagi minat kecintaan masyarakat terhadap anggrek dan Batik Papua. Batik Papua sudah lama digaungkan tetapi masih kurang peminatnya padahal merupakan identitas masyarakat Papua,” tambahnya.
Sementara pelepasliaran kupu-kupu merupakan simbol PTFI melestarikan kekayaan Papua, karena di Papua ada jenis kupu-kupu yang endemik dan dilindungi tetapi kurang mendapat perhatian.
Melalui kegiatan ini mau ditunjukan bahwa jenis-jenis floara dan fauna yang punya nilai patut dikonservasi.
Melalui kegiatan ini, lanjut Kukuh, pihaknya ingin mengangkat keanekaragaman hayati sesuai dengan konsep HCPSN.
“Jenis kupu-kupunya yang dilepas memang asli Papua, karena di area reklamasi mile 21 milik Freeport dilengkapi fasilitas taman kupu-kupu dengan menangkarkan mulai dari telur, ulat, kepompong, menjadi kupu-kupu, yang kemudian dilepasliarkan,” jelasnya.
Ia berharap melalui HCPSN bisa meningkatkan kembali kecintaan masyarakat terhadap kekayaan hayatinya, serta adanya rasa cinta dalam melestarikan keaneragaman hayati, serta pentingnya puspa dan satwa dalam kehidupan manusia.
“Tidak mungkin hanya perusahaan atau pemerintah saja yang menjalankan program dan perusahaan mendukung, tetapi butuh keterlibatan semua pihak melestarikan alam dan lingkungannya,” tandas Kukuh. (san)
Terima kasih karena telah membaca informasi tentang Freeport Peduli Lingkungan Flora dan Fauna . Silahkan membaca berita lainnya.